LENSAJATENG.COM – Bupati Blora Arief Rahman bersama 3 ribu penari Tayub, berhasil memeriahkan gelar Blora Culture Festival (BFC) 2024, di Lapangan Kridosono, Sabtu (7/9/2024).
Apresiasi disampaikan bupati atas terselenggaranya kegiatan tersebut, yang telah ikut melestarikan warisan budaya leluhur.
Disampaikan, seni Tayub merupakan bagian dari budaya Kabupaten Blora yang mengandung nilai kebersamaan dan identitas daerah. Sehingga, diharapkan keberadaan Tayub di Blora akan tetap terjaga dan diteruskan kepada generasi berikutnya.
Pada kesempatan itu, juga dilakukan penyerahan sertifikat pencatatan inventarisasi dari Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) RI, yang telah mencatatkan Tayub Blora sebagai Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) Ekspresi Budaya Tradisional.
Bupati menyatakan, adanya sertifikat tersebut merupakan bentuk pengakuan penting atas keberagaman budaya tradisional yang dimiliki Kabupaten Blora.
“Sertifikat ini mencerminkan identitas budaya, kearifan lokal, dan warisan nenek moyang kita. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2024 tentang Hak Cipta, sertifikat ini bertujuan untuk melindungi ekspresi budaya tradisional, sehingga tidak ada lagi yang dapat mengklaim kekayaan intelektual ini sebagai miliknya,” jelasnya.
Untuk itu, bupati berharap, Gelar Tayub Blora secara massal dapat menjadi agenda tahunan di Kabupaten Blora.
Dia optimistis, kegiatan itu akan terus berkembang dan semakin memperkuat identitas budaya daerah.
“Ini merupakan yang pertama kali diadakan, kami berharap tahun depan bisa diadakan lebih besar lagi, dan semoga bisa menjadi agenda tahunan karena Tayub ini sudah menjadi brand-nya Blora,” tandasnya.
Kepada generasi muda, bupati meminta, untuk turut menjaga dan melestarikan warisan budaya leluhur.
“Sebagai generasi muda, kita harus nguri-uri kebudayaan yang menjadi warisan leluhur kita. Dengan budaya, kita bisa bersatu, rukun, dan kompak,” pesannya.
Diketahui, selain Tayub Blora, beberapa warisan budaya Kabupaten Blora juga telah tercatat dalam Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) Ekspresi Budaya Tradisional, adalah Wayang Krucil, Jipang Panolan, Jamasan dan Kirab Pusaka Kyai Bismo, Sedulur Sikep, Wayang Tengul, Grebeg Sedekah Bumi, serta tradisi Perang Nasi di Desa Gedangdowo, termasuk Jamasan Pusaka Situs Mbah Ndoro Balun.