LENSAJATENG.COM – Bagi Ahmad Faishol, politik bukan sekadar memperebutkan kekuasaan untuk mendapatkan kenyamanan.
Menurut pria yang akrab disapa Gus Faishol ini, jika sekadar kenyamanan maka lebih baik menjadi caleg incumbent DPRD di Dapil 1 Blora.
Tidak mengambil lompatan vertikal yang terbilang tinggi maju sebagai Caleg DPR RI Dapil III Jateng.
Sebagian pihak mengasosiasikan itu sebagai Kamikaze. Tetapi Gus Faishol menjawab itu sebagai tantangan dan harus berani mengambil risikonya.
Dalam sebuah kesempatan Gus Faishol nyatakan siap maju sebagai Caleg DPR RI Dapil Jateng III meskipun tantangannya berat, ada yang mengatakan seperti Kamikaze.
Jika menilik wikipedia, Kamikaze sendiri adalah sebuah istilah bahasa Jepang yang berasal dari nama angin topan dalam legenda yang disebut-sebut telah menyelamatkan Jepang dari Invasi Mongol pada 1281.
“Ada yang bilang saya ini kamikaze, Gus di Dapil 1 Blora saja kan sudah aman. Tantangan terberatnya ada sembilan caleg yang potensial jadi dan empat diantaranya adalah incumbent,” tambahnya.
Menanggapi pemikiran tersebut Gus Faishol menyatakan bahwa dia siap mengambil risiko apapun.
Karena politik sebenarnya bukan sekadar kekuasaan saja tetapi juga berkaitan dengan pesan-pesan panting untuk mengadakan perubahan dan perbaikan di masyarakat.
Dan perbaikan itu harus sampai ke masyarakat. “Politik itu juga memanfaatkan momentum. Jika dipercaya dan mendapatkan mandat insyaallah jadi,” tuturnya.
Sebagai bagian keberanian mengambil risiko itulah maka Gus Faishol menyiapkan berbagai strategi dalam menggaet suara dengan terus berinteraksi dengan menyasar beragam elemen yang ada di masyarakat.
“Target saya 150 ribu suara agar dapat satu kursi DPR RI, ” paparnya dengan penuh semangat.
Rincian segmen politik yang akan disasar sudah jelas. Basis masa terbesarnya secara alamiah berasal dari beragam segmen kelompok santri yang selama ini memang sudah lama dan intens menjalin relasi.
Misalnya dari jaringan Pondok Pesantren, para Kyai Khos dan Tarekat, Santri Gayeng Nusantara.
“Kita harus sering turba. Mereka ini sebenarnya tidak ingin yang muluk-muluk ingin dibangunkan ini dan itu. Tetapi mereka itu ingin didatangi, ingin didengar,” terangnya.
Gus Faishol juga memahami segmen politik dari kelompok milenial yang besar. Untuk diterima di kelompok milenial dilakukan dengan Endorse maupun terjun sendiri.
“Milenial itu punya cara berpikir dan pola pikir yang berbeda dari kita. Dengan aproach yang tepat mereka bisa didekati. Mereka butuh didengarkan, diajak diskusi, didorong untuk berkreasi. Kalau cocok, mereka akan jalan sendiri dan memilih kita,” terangnya dengan runtut.